Bangga Memakai Jam Tangan Original
Masterkids SEO - Bangga Menggunakan Jam Tangan Original, Apakah anda terbiasa mengenakan jam tangan? Jika iya, di sebelah mana anda mengenakannya? Di tangan kiri atau tangan kanan? Atau mungkin saja anda justru merupakan kolektor jam tangan, dgn banyak sekali merk, serta beraneka ragam model & juga variasi harga.
Di masa high technology ini, mungkin saja mengenakan jam tangan bukan suatu kebutuhan. Pada gadget yg ada di saku anda -apapun model & merknya – terdapat akomodasi penunjuk waktu alias “clock”. Bukan hanya penunjuk waktu saja, bahkan pada banyak gadget terutama gadget modern, terdapat akomodasi timer, alarm, stopwatch atau multi clock yg memperlihatkan waktu di daerah lain.
Jadi, buat apa anda mengenakan jam tangan?
Jika pertanyaan tersebut disampaikan kepada pengguna jam tangan, maka akan bervariasi jawabannya. Mungkin saja ada yg menjawab sebagai kebiasaan, atau juga aksesori penampilan, atau bahkan ada yg menyampaikan utk gengsi.
Saya tidak ingin memperdebatkan soal perlu pakai jam tangan atau enggak pada masa modern ini, namun saya hanya ingin menyebarkan sedikit filosofi perihal jam tangan.
Terus terang, saya bukan kolektor jam tangan. Hampir sebagian besar jam tangan yg saya beli, merupakan pengganti dari jam tangan sebelumnya yg mengalami kerusakan, baik jawaban pemakaian, imbas lingkungan atau emang kualitas jam tangan saya yg memang tidak terlalu bagus. Saya hampir tidak pernah membeli jam tangan yg menguras isi dompet begitu dalam. Bahkan jam tangan termahal yg pernah saya pakai yaitu warisan dari almarhum ayah, yg diperolehnya pada tahun 1990, seharga 110 ribu rupiah (silahkan di konversikan sendiri utk dikala ini)
Lalu apa filosofi dari jam? Saya mengenakan jam di tangan kanan, walau sebagian besar pengguna jam tangan, mengenakannya di sebelah kiri. Ga ada yg salah kok soal kanan & kiri, tergantung kebiasaan masing-masing saja. Namun ada 3 hal yg menjadi dasar filosofi bagi saya, mengapa saya mengenakan jam di sebelah kanan
Yang pertama, jam menujukkan waktu absolut. Kita tentu sepakat, bahwa hal yg mustahil sanggup tidak boleh sedikitpun yaitu bergulirnya waktu. Waktu terus berjalan hingga nanti hari final tiba. Waktu, menciptakan kita ingat akan kematian, menciptakan kita ingat akan kehidupan yg telah kita jalani. Bahkan Allah pun mengingatkan umatnya akan waktu, dgn surat Al Ashr, sebagai petunjuk utk saling menasehati dalam kebenaran & kesabaran
Yang kedua, jam tangan menujukkan waktu kehidupan. Dalam hidup manusia, aktifitas kita di atur atau di selaraskan dalam waktu. Kita perlu makan, istirahat, bekerja, bahkan beribadahpun semuanya terikat dgn waktu. Sebagai makhluk socialpun, maka kita akan bertemu & bekerjasama dgn orang lain. Saat kita berjanji utk bertemu dgn orang lain, maka kita akan mengatur kapan waktu yg sanggup digunakan. Pun demikian dikala bekerja, ada jam kantor yg dibatasi waktu, dimana kita harus tertib dalam melakukannya. Dgn adanya waktu, maka kehidupan insan sanggup berjalan dgn tertib & nyaman.
Dan yg ketiga, jam tangan memperlihatkan waktu kesempurnaan. Ada 3 jarum dalam sebuah jam : Jam, menit & detik. Semua saling berdetak & bergerak, sesuai dgn perintah & format yg tekah dibuat. Tak ada yg bergerak diluar perintahnya, bahkan bila salah satu jarum berhenti, maka berhentilah semuanya. Jam menujukkan bahwa dalam hidup, ada keharmonisan & kesempurnaan, & semua itu sanggup kita pelajari dari detak jarum jam
Nah ketiga hal itu, yaitu hal yg lekat dgn kebaikan. & kebaikan, sepantasnya diletakkan pada sisi kanan (dalam pandangan saya).
Memang ribet, riweh, rikuh, alasannya hampir semua aktifitas insan memakai tangan kanan. Menulis, menggambar, mengambil suatu barang, menarik gas sepeda motor, memperlihatkan arah, memperlihatkan sedekah, bahkan memencet tombol bel pintu, dilakukan dgn memakai tangan kanan. Namun sekali lagi, kebiasaan. Saya awalnya juga mengenakan di tangan kiri, namun semenjak masuk SMA, saya mulai menemukan filosofi tersebut, sehingga kemudian berpindah mengenakan jam ke tangan kanan.
Nah, jam tangan terakhir saya yaitu Swiss Army, jam ini saya beli sesudah hampir 2 tahun, jam tangan saya sebelumnya rusak sehingga tak sanggup digunakan lagi. Jam tangan ini saya beli 2 tahun lalu, harganya pun juga ga terlalu mahal (utk ukuran jam tangan mesin jepang – ga hingga 1 juta)
Jam ini jadi jam kesayangan saya, alasannya selain paling keren, juga modelnya pas & berasa gue banget, juga jam tangan termahal yg pernah saya beli
Namun, April kemudian jam tangan ini jatuh begitu saja (pen nya lepas) dikala saya mengendarai sepeda motor, & (sepertinya) dilindas kendaraan dibelakang saya. Akibatnya jam tangan kesayangan ini hancur beling nya, & sesudah saya bawa ke servis jam, ternyata harus ganti mesin yg harganya nyaris sama dgn beli baru
Berakhirlah suatu “masa” kebersamaan, menyerupai waktu yg terus berjalan & tak pernah berhenti, menyerupai filosofi yg tadi saya sampaikan.
Sekarang, nabung lagi buat beli jam tangan yg modelnya sama. Maklum, saya orang konvensional, ga suka yg aneh-aneh
Ps : sesudah menimbang-nimbang, dikala ini saya pake jam digital murmer. Jam tangan digital pertama saya semenjak tahun 93 (selalu pake jam analog) dan saya Bangga Menggunakan Jam Tangan Original
Di masa high technology ini, mungkin saja mengenakan jam tangan bukan suatu kebutuhan. Pada gadget yg ada di saku anda -apapun model & merknya – terdapat akomodasi penunjuk waktu alias “clock”. Bukan hanya penunjuk waktu saja, bahkan pada banyak gadget terutama gadget modern, terdapat akomodasi timer, alarm, stopwatch atau multi clock yg memperlihatkan waktu di daerah lain.
Jadi, buat apa anda mengenakan jam tangan?
Jika pertanyaan tersebut disampaikan kepada pengguna jam tangan, maka akan bervariasi jawabannya. Mungkin saja ada yg menjawab sebagai kebiasaan, atau juga aksesori penampilan, atau bahkan ada yg menyampaikan utk gengsi.
Saya tidak ingin memperdebatkan soal perlu pakai jam tangan atau enggak pada masa modern ini, namun saya hanya ingin menyebarkan sedikit filosofi perihal jam tangan.
Terus terang, saya bukan kolektor jam tangan. Hampir sebagian besar jam tangan yg saya beli, merupakan pengganti dari jam tangan sebelumnya yg mengalami kerusakan, baik jawaban pemakaian, imbas lingkungan atau emang kualitas jam tangan saya yg memang tidak terlalu bagus. Saya hampir tidak pernah membeli jam tangan yg menguras isi dompet begitu dalam. Bahkan jam tangan termahal yg pernah saya pakai yaitu warisan dari almarhum ayah, yg diperolehnya pada tahun 1990, seharga 110 ribu rupiah (silahkan di konversikan sendiri utk dikala ini)
Lalu apa filosofi dari jam? Saya mengenakan jam di tangan kanan, walau sebagian besar pengguna jam tangan, mengenakannya di sebelah kiri. Ga ada yg salah kok soal kanan & kiri, tergantung kebiasaan masing-masing saja. Namun ada 3 hal yg menjadi dasar filosofi bagi saya, mengapa saya mengenakan jam di sebelah kanan
Yang pertama, jam menujukkan waktu absolut. Kita tentu sepakat, bahwa hal yg mustahil sanggup tidak boleh sedikitpun yaitu bergulirnya waktu. Waktu terus berjalan hingga nanti hari final tiba. Waktu, menciptakan kita ingat akan kematian, menciptakan kita ingat akan kehidupan yg telah kita jalani. Bahkan Allah pun mengingatkan umatnya akan waktu, dgn surat Al Ashr, sebagai petunjuk utk saling menasehati dalam kebenaran & kesabaran
Yang kedua, jam tangan menujukkan waktu kehidupan. Dalam hidup manusia, aktifitas kita di atur atau di selaraskan dalam waktu. Kita perlu makan, istirahat, bekerja, bahkan beribadahpun semuanya terikat dgn waktu. Sebagai makhluk socialpun, maka kita akan bertemu & bekerjasama dgn orang lain. Saat kita berjanji utk bertemu dgn orang lain, maka kita akan mengatur kapan waktu yg sanggup digunakan. Pun demikian dikala bekerja, ada jam kantor yg dibatasi waktu, dimana kita harus tertib dalam melakukannya. Dgn adanya waktu, maka kehidupan insan sanggup berjalan dgn tertib & nyaman.
Dan yg ketiga, jam tangan memperlihatkan waktu kesempurnaan. Ada 3 jarum dalam sebuah jam : Jam, menit & detik. Semua saling berdetak & bergerak, sesuai dgn perintah & format yg tekah dibuat. Tak ada yg bergerak diluar perintahnya, bahkan bila salah satu jarum berhenti, maka berhentilah semuanya. Jam menujukkan bahwa dalam hidup, ada keharmonisan & kesempurnaan, & semua itu sanggup kita pelajari dari detak jarum jam
Nah ketiga hal itu, yaitu hal yg lekat dgn kebaikan. & kebaikan, sepantasnya diletakkan pada sisi kanan (dalam pandangan saya).
Memang ribet, riweh, rikuh, alasannya hampir semua aktifitas insan memakai tangan kanan. Menulis, menggambar, mengambil suatu barang, menarik gas sepeda motor, memperlihatkan arah, memperlihatkan sedekah, bahkan memencet tombol bel pintu, dilakukan dgn memakai tangan kanan. Namun sekali lagi, kebiasaan. Saya awalnya juga mengenakan di tangan kiri, namun semenjak masuk SMA, saya mulai menemukan filosofi tersebut, sehingga kemudian berpindah mengenakan jam ke tangan kanan.
Nah, jam tangan terakhir saya yaitu Swiss Army, jam ini saya beli sesudah hampir 2 tahun, jam tangan saya sebelumnya rusak sehingga tak sanggup digunakan lagi. Jam tangan ini saya beli 2 tahun lalu, harganya pun juga ga terlalu mahal (utk ukuran jam tangan mesin jepang – ga hingga 1 juta)
Jam ini jadi jam kesayangan saya, alasannya selain paling keren, juga modelnya pas & berasa gue banget, juga jam tangan termahal yg pernah saya beli
Namun, April kemudian jam tangan ini jatuh begitu saja (pen nya lepas) dikala saya mengendarai sepeda motor, & (sepertinya) dilindas kendaraan dibelakang saya. Akibatnya jam tangan kesayangan ini hancur beling nya, & sesudah saya bawa ke servis jam, ternyata harus ganti mesin yg harganya nyaris sama dgn beli baru
Berakhirlah suatu “masa” kebersamaan, menyerupai waktu yg terus berjalan & tak pernah berhenti, menyerupai filosofi yg tadi saya sampaikan.
Sekarang, nabung lagi buat beli jam tangan yg modelnya sama. Maklum, saya orang konvensional, ga suka yg aneh-aneh
Ps : sesudah menimbang-nimbang, dikala ini saya pake jam digital murmer. Jam tangan digital pertama saya semenjak tahun 93 (selalu pake jam analog) dan saya Bangga Menggunakan Jam Tangan Original